Dra.Endang Susiloningsih
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tugas guru yang utama adalah mengajar, yaitu menyampaikan atau mentransfer ilmu kepada anak didiknya. Oleh karena itu seorang guru Sekolah Dasar (SD) dituntut untuk menguasai semua bidang studi. Namun hasil perolehan nilai beberapa mata pelajaran dalam kenyataannya masih ada yang belum memenuhi standar, tidak terkecuali untuk mata pelajaran PKN. Berdasarkan pengalaman peneliti hal ini disebabkan oleh, teknik mengajar yang masih relatif monoton. Sejauh ini pembelajaran PKN di kelas mayoritas masih dilaksanakan dengan metode ceramah. Hal ini tidak menutup kemungkinan menyebabkan interaksi belajar mengajar yang lebih melemahkan motivasi belajar siswa.
Motivasi belajar tidak akan terbangun apabila siswa masih merasa kesulitan dalam menerima pelajaran PKN, PKN dianggap sebagai pelajaran yang membosankan. Sehingga jangan disalahkan apabila disetiap jam pelajaran PKN siswa cenderung merasa enggan dan malas. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu ada solusi dalam penyampaian mata pelajaran PKN dengan menggunakan berbagai cara yang menarik yang ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sunardi (2006:13) menyarankan untuk mengupayakan agar pelajaran PKN menyenangkan anak, sampaikan materi yang sudah dikenal anak hingga anak percaya diri.
Pembelajaran PKN haruslah lebih berkembang, tidak hanya terfokus pada kebiasaan dengan strategi atau urutan penyajian sebagai berikut: diajarkan definisi, diberikan contoh-contoh dan diberikan latihan soal. Hal ini sangat memungkinkan siswa mengalami kesulitan dalam menerima konsep yang tidak berasosiasi dengan pengalaman sebelumnya. Dalam latihan soal sebaiknya dihadapi bentuk soal cerita yang mungkin terkait dengan terapan PKN atau kehidupan sehari-hari (Guntur Sumilih 2002:103).
Memperhatikan uraian di atas keadaan yang sama dialami juga oleh siswa SMPN I Gondangwetan, siswa masih merasa kesulitan, takut dan kurang berani bertanya terhadap hal-hal yang belum dipahami, sementara itu peneliti kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran. Keadaan ini jika dibiarkan maka nilai pelajaran PKN akan semakin menurun dan gagal dalam memperoleh nilai ketuntasan minimal yang telah ditentukan. Untuk mengatasi masalah tersebut seorang guru harus mampu memberikan motivasi terhadap siswa melalui pengelolaan kelas yang menarik dan melibatkan siswa dalam menemukan konsep.
Dalam pembelajaran guru tidak menggunakan alat bantu pembelajaran. Hal inilah yang diduga menyebabkan lemahnya siswa dalam memahami konsep-konsep dasar PKN, hal ini bisa dilihat dari hasil belajar yang rendah. Pengalaman peneliti sebagai guru PKN di SMPN I Gondangwetan sebelum melaksanakan pembelajaran sudah berusaha maksimal, mulai dari persiapan
Untuk mengatasi hal tersebut perlu diupayakan langkah-langkah yang dapat dilaksanakan baik oleh siswa maupun guru. Guru hendaknya mengemas proses belajar mengajar dengan metode yang tepat dan menarik dalam penyajiannya. Salah satu langkahnya adalah menggunakan metode variasi dan bantuan alat peraga. Menurut Holstein (1986: 67) media akan memperjelas dan membuat pelajaran menjadi lebih konkrit dan jelas bagi siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
- Bagaimanakah proses pembelajaran melalui implementasi pembelajaran berbasis inkuiri siswa kelas SMPN I Gondangwetan pada PKN ?
- Bagaimanakah peningkatan pemahaman siswa kelas SMPN I Gondangwetan pada materi norma dalam kehidupan bermasyarakat ?
- Bagaimanakah peningkatan kreativitas siswa kelas SMPN I Gondangwetan melalui implementasi pembelajaran berbasis inkuiri ?
- Bagaimanakah respon siswa terhadap implementasi pembelajaran berbasis inkuiri siswa kelas SMPN I Gondangwetan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
- Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran melalui implementasi pembelajaran berbasis inkuiri siswa kelas SMPN I Gondangwetan
- Untuk mengetahui sejauh mana implementasi pembelajaran berbasis inkuiri dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas SMPN I Gondangwetan
- Untuk mengetahui sejauh mana implementasi pembelajaran berbasis inkuiri dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas SMPN I Gondangwetan
- Untuk mengetahui respon siswa terhadap implementasi pembelajaran berbasis inkuiri siswa kelas SMPN I Gondangwetan
D. Manfaat penelitian
Penelitian ini sangat bermanfaat, baik bagi siswa, guru, maupun guru lain.
a. Bagi siswa :
Dapat meningkatkan keberanian siswa bertanya, menjawab, dan mengemukakan pendapat, makna pembelajaran bagi siswa, dan meningkatkan pemahaman dan kreativitas siswa tentang benda dan sifatnya
b. Bagi guru,
Dapat meningkatkan keterampilan pengembangan pendekatan, metode atau model dalam proses pembelajaran di kelas
c. Bagi guru lain :
Dapat meningkatkan pemahaman tentang penelitian dan menumbuhkan minat untuk melakukan penelitian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Inkuiri
Model inkuiri didefinisikan oleh (Sund dan Trowbridge, 1973) dalam (Putrayasa, 2001) sebagai: Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbul-simbul dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain.
Dahar (1988) mendefinisikan model inkuiri sebagai pengajaran di mana guru dan anak mempelajari peristiwa-peristiwa dan gejala-gejala ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan. Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas
Menurut (Trowbridge, 1990) dalam (Putrayasa, 2001) menyatakan bahwa model inkuiri adalah sebuah model proses pengajaran yang berdasarkan atas teori belajar dan perilaku. Inkuiri merupakan suatu cara mengajar murid-murid bagaimana belajar dengan menggunakan keterampilan, proses, sikap, dan pengetahuan berpikir rasional .
Sementara itu, Trowbridge (1990) dalam (Putrayasa, 2001) menjelaskan model inkuiri sebagai proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, menemukan data, dan menggambarkan kesimpulan masalah-masalah tersebut. Hal senada dikatakan oleh Roestiyah (1998) mengatakan bahwa inkuiri adalah suatu perluasan proses discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewasa. Sebagai tambahan pada proses discovery, inkuiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi, dalam model inkuiri ini siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa akan terbiasa bersikap seperti para ilmuwan sains, yaitu teliti, tekun/ulet, objektif/jujur, kreatif, dan menghormati pendapat orang lain.
B. Tingkatan Pemahaman Siswa Terhadap Materi Ajar
Tingkatan pemahaman (the levels of understanding) pada pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua. Menurut Skemp (1976) dalam Wahyudi (2001). Tingkatan pemahaman yang pertama disebut pemahaman instruksional (instructional understanding). Pada tingkatan ini dapat dikatakan bahwa siswa baru berada di tahap tahu atau hafal tetapi dia belum atau tidak tahu mengapa hal itu bisa dan dapat terjadi. Lebih lanjut, siswa pada tahapan ini juga belum atau tidak bisa menerapkan hal tersebut pada keadaan baru yang berkaitan. Selanjutnya, tingkatan pemahaman yang kedua disebut pemahaman relasional (relational understanding). Pada tahapan tingkatan ini, menurut Skemp, siswa tidak hanya sekedar tahu dan hafal tentang suatu hal, tetapi dia juga tahu bagaimana dan mengapa hal itu dapat terjadi. Lebih lanjut, dia dapat menggunakannya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terkait pada situasi lain.
Menurut Byers dan Herscovics (1977) dalam Wahyudi (2001) menganalisis ide Skemp itu dan mengembangkannya lebih jauh. yaitu, siswa terlebih dahulu berada pada tingkatan pemahaman antara, yaitu tingkatan pemahaman intuitif (intuitive understanding) dan tingkatan pemahaman formal (formal understanding). Pertama, sebelum sampai pada tingkatan pemahaman instruksional, siswa terlebih dahulu berada pada tingkatan pemahaman intuitif. Mereka mendefinisikannya sebagai berikut. "Intuitive understanding is the ability to solve a problem without prior analysis of the problem." Pada tahap tingkatan ini siswa sering menebak jawaban berdasarkan pengalaman-pengalaman keseharian dan tanpa melakukan analisis terlebih dahulu. Akibatnya, meskipun siswa dapat menjawab suatu pertanyaan dengan benar, tetapi dia tidak dapat menjelaskan kenapa (why). Kedua, sebelum siswa sampai pada tingkatan pemahaman relasional, biasanya mereka akan melewati tingkatan pemahaman antara yang disebut dengan pemahaman formal.
C. Pengertian Kreativitas
S.C. Utami Munandar (1992) dalam bukunya mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah, merumuskan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Selanjutnya dalam belajar kreatif siswa terlibat secara aktif dan mendalami bahan yang dipelajari.(penalaran) tetapi juga berhubungan dengan penghayatan pengalaman belajar yang mengasyikkan.
Pentingnya kreativitas dikembangkan karena : (1) dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya; (2) kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat berbagai macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah; (3) bersibuk diri dengan kratif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga memberikan kepuasan kepada diri sendiri; (4) kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya (S.C. Utami Munandar, 1992).
Dari uraian yang ada diatas maka yang dimaksud dengan kreativitas adalah seorang yang selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencoba, bertualang, suka bermain-main, intuisif, dan mempunyai potensi untuk menjadi orang yang kreatif. Semua orang lahir dengan kreativitas dan jika ia yakin ia adalah orang yang kreatif maka ia akan menemukan cara yang kreatif untuk mengatasi masalah harian baik dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan pribadinya.(Depoter,2000)
D. Pengertian Hasil Belajar
Untuk mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, maka perlu diadakan tes hasil belajar. Menurut pendapat Winata Putra dan Rosita (1997; 191 ) tes hasil belajar adalah salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam suatu proses belajar mengajar atau untuk menentukan keberhasilan suatu program pendidikan. Adapun dasar-dasar penyususan tes hasil belajar adalah sebagai berikut:
a) Tes hasil belajar harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional yang tercantum dalam kurikulum yang berlaku.
b) Tes hasil belajar disusun sedemikian sehingga benar-benar mewakili bahan yang telah dipelajari.
c) Bentuk pertanyaan tes hasil belajar hendaknya disesuaikan dengan aspek-aspek tingkat belajar yang diharapkan.
d) Tes hasil belajar hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
A. Tabrani (1992;3) mengatakan bahwa belajar mengajar adalah suatu proses yang rumit karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan , terutama bila diinginkan hasil yang lebih baik .
E. Tipe Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana (1988; 49), tujuan pendidikan yang ingin dicapai dalam suatu pengajaran terdiri dari 3 macam yaitu: bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan yang harus nampak sebagai hasil belajar. Nana Sudjana (1988;50-54) juga mengemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek pengajaran adalah sebagai berikut :
Tipe hasil belajar bidang kognitif
Tipe ini terbagi menjadi 6 poin, yaitu tipe hasil belajar :
a. Pengetahuan hafalan (Knowledge), yaitu pengetahuan yang sifatnya faktual. Merupakan jembatan untuk menguasai tipe hasil belajar lainnya.
b. Pemahaman (konprehention), kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep
c. Penerapan (aplikasi), yaitu kesanggupan menerapkan dan mengabtraksikan suatu konsep. Ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru, misalnya memecahkan persoalan dengan menggunakan rumus tertentu.
d. Analisis, yaitu kesanggupan memecahkan, menguasai suatu intergritas (kesatuan ynag utuh) menjadi unsur atau bagian yang mempunyai arti .
e. Sintesis, yaitu kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas.
f. Evaluasi, yaitu kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan pendapat yang dimilikinya dan kriteria yang dipakainya.
Tipe hasil belajar afektif
Bidang afektif disini berkenaan dengan sikap. Bidang ini kurang diperhatikanoleh guru, tetapi lebih menekankan bidang kognitif. Hal ini didasarkan pada pendapat beberapa ahli yang mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah menguasai bidang kognitif tingkat tinggi.
Beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar dari yang sederhana ke yang lebih komplek yaitu :
a. Receiving atau attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah situasi dan gejala.
b. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus dari luar .
c. Valuing atau penilaian, yakni berhubungan dengan nilai dan kepercayaan terhadap stimulus.
d. Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam system organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lainnya dan kemantapan prioritas yang dimilikinya .
e. Karakteristik nilai atau internalisasi, yakni keterpaduan dari semua nilai yang dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya
Tipe hasil belajar bidang psikomotor
Hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan, kemampuan bertindak individu.
a. Gerakan refleks yaitu ketrampilan pada gerakan tidak sadar.
b. Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar.
c. Kemampuan pesreptual termasuk di dalamnya membedakan visual , adaptif, motorik, dan lain-lain.
d. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan keharmonisan dan ketetapan.
e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari dari ketrampilan sederhana sampai pada ketrampilan yang kompleks .
f. Kemampuan yang berkenaan dan komunikasi non decorsive seperti gerakan ekspresif, interpretative.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMPN I Gondangwetan, dari
B. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2006/ 2007
1) Persiapan minggu I bulan Nopember 2006
2) Pelaksanaan tindakan I Nopember minggu II tanggal 19 Nopember 2006
3) Pelaksanaan tindakan II Nopember minggu II tanggal 22 Nopember 2006
4) Pelaksanaan tindakan III Nopember minggu II tanggal 24 Nopember 2006
5) Pengumpulan data bulan Desember 2006
6) Pelaporan bulan Desember 2006 tanggal 28 Desember 2006
C. Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas dengan kegiatan berulang-ulang atau bersiklus, dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu dipecahkan. Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), guru dapat meneliti sendiri terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan secara langsung, sehingga bila guru menemukan permasalahan dalam pembelajaran guru dapat merencanakan tindakan alternatif, kemudian dilaksanakan dan dievaluasi apakah tindakan alternatif tersebut dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
Penelitian tindakan kelas lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya realistik dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun hasil penelitian dapat diterapkan oleh orang lain yang mempunyai konteks yang sama dengan peneliti. Dalam buku Pedoman Teknis Pelaksanaan Clasroom Action Research (CAR) atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK Depdiknas (2001:5) disebutkan penelitian bersiklus, tiap siklus terdiri dari:
a) Persiapan/perencanaan (Planning)
b) Tindakan/pelaksanaan (Acting)
c) Observasi (Observing)
d) Refleksi (Reflecting)
a. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 siklus yaitu :
1) Siklus I
a. Perencanaan (Planning)
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mempersiapkan hal-hal sebagai berikut :
1. Mengidentifikasikan bahan pembelajaran
2. Menyusun silabus dan RPP
3. Menyiapkan alat bantu pembelajaran
4. Menyiapkan lember tes
5. Menyiapkan lembar observasi.
b. Tindakan / pelaksanaan (Acting)
Dalam tahap ini merupakan tahap pelaksanaan apa yang telah tertuang dalam rencana pembelajaran dengan modifikasi pelaksanaan sesuai dengan situasi yang terjadi :
1. Tindakan Siklus 1
Pokok Bahasan : Norma-norma, kebiasaan, adapt istiadat, peraturan yang berlaku dimasyarakat
Sub Pokok bahasan : norma-norma
Langkah-langkah tindakan:
- Tindakan pertama yang perlu dilakukan adalah mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan awal untuk membangkitkan motivasi belajar.
- Guru mengajak siswa untuk mengenang detik-detik proklamasi kemerdekaan dengan menunjukkan norma-norma yang ada dimasyarakat
- Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa seputar tentang pengetahuan yang berkaitan dengan norma-norma yang ada dimasyarakat
- Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan disetiap kelompok diberikan tugas simulasi untuk memerankan beberapa kejadian dalam norma-norma yang ada dimasyarakat seperti:
- Guru mempersilahkan setiap kelompok untuk maju dan mensimulasikan fragmen adegan tersebut diatas
- Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil pembahasan materi dengan seksama dan tepat
Beberapa hal yang diharapkan dalam siklus ini adalah:
1. Siswa mengalami peningkatan minat belajar dan aktivitas di kelas selama guru melakukan kegiatan pembelajaran
2. Terdapat peningkatan konsentrasi belajar siswa sehingga aktivitas siswa menjadi terfokus dalam penyelesaian tugas-tugas yang diberikan oleh guru
3. Siswa memiliki kemauan dan keberanian untuk bertanya kepada siswa tentang kesulitan yang dialami pada saat menyelesaikan tugas yang diberikan
c. Observasi (Observing)
Dalam tahap observasi peneliti melakukan pengamatan selama kegiatan berlangsung, juga teman, guru yang diminta bantuan untuk ikut mengamati selama kegiatan proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi keaktifan siswa dan lembar observasi aktifitas guru.
d. Refleksi (Reflecting)
Tahap ini merupakan tahap menganalisa, mensintesa, hasil dari catatan selama kegiatan proses pembelajaran menggunakan instrumen lembar pengamatan, kuesioner, dan tes. Dalam refleksi melibatkan siswa, teman sejawat yang mengamati dan kepala sekolah. Untuk melakukan perencanaan pada siklus berikutnya, peneliti mengidentifikasi dan mengelompokkan masalah yang timbul pada pembelajaran siklus I.
2) Siklus II
a. Persiapan/ perencanaan (Planning)
Sebelum melaksanakan tindakan siklus II, peneliti melakukan perbaikan-perbaikan terkait dengan temuan-temuan pada siklus I
b. Tindakan/ pelaksanaan (Acting)
Pokok Bahasan : Norma-norma, kebiasaan, adat istiadat, peraturan yang berlaku dimasyarakat
Sub Pokok bahasan : adat istiadat dan peraturan yang berlaku dimasayarakat
Langkah-langkah tindakan:
- Guru mengajak siswa untuk menyanyikan lagu daerah
- Guru menanyakan kepada siswa beberapa tokoh penting yang berperan dalam adat istiadat dan peraturan yang berlaku dimasayarakat
- Guru mengajak siswa untuk mengenal dan mendaftar adat istiadat dan peraturan yang berlaku dimasyarakat
- Guru mengajak siswa melakukan studi kelompok dalam rangka memahami dan mengenal lebih jauh tentang adat istiadat dan peraturan yang berlaku dimasayarakat
- Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan disetiap kelompok diberikan tugas kelompok
- Siswa diharapkan menyelesaikan tugas dengan tepat waktu dan mengerjakannya dengan berbagi tugas bersama rekannya dalam kelompok
- Siswa melaporkan hasil kerjanya ke depan kelas dan memulai diskusi bersama-sama, dalam siklus II ini guru mengurangi peran dan intruksinya kepada siswa, hanya mengamati dengan seksama bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukannya dan perubahan aktifitas siswa yang dialaminya
- Pada sesi akhir guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran secara bersama-sama
Harapan yang dimungkinkan muncul dalam siklus II ini adalah bahwa :
1. Guru dapat mengelola kelas dengan lebih baik dan lebih mampu memahami siswa
2. Siswa dapat meningkatkan kemampuan komunikasinya dan penguasaan konsep materi pembelajaran
3. Partisipasi siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan yang baik
c. Observasi (Observing)
Pada tahap observasi peneliti melakukan pengamatan selama kegiatan berlangsung, peneliti juga meminta bantuan teman guru untuk mengamati kegiatan proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi aktifitas guru dan lembar keaktifan siswa.
d. Refleksi (reflecting)
Dari hasil pengamatan pada siklus kedua dapat digunakan untuk melakukan refleksi apakah hasil ulangan siswa sudah memenuhi ketuntasan secara klasikal maupun individual.
D. Perangkat penelitian
Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas digunakan beberapa perangkat penelitian sebagai berikut :
a. Rencana Pembelajaran
Skenario pembelajaran dengan pokok bahasan perpangkatan dan akar yang berisi tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran di dalam kelas, tentang bagaimana menerapakan metode variasi sehingga mampu meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran
b. Media Pembelajaran
Alat bantu pembelajaran yang digunakan oleh peneliti, dalam rangka mempermudah proses pembelajaran dengan metode variasi
E. Instrumen Penelitian
Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas menggunakan beberapa analisa, antara lain :
1. Lembar observasi
Lembar observasi guru digunakan untuk mengungkapkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran antara lain contoh lembar observasi seperti pada lampiran.
2. Soal tes
Berupa tes hasil belajar berbentuk soal pilihan ganda dan uraian. Soal tes dikerjakan secara invidu oleh siswa. Tes digunakan untuk mendapatkan gambaran hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, tes diadakan setiap akhir siklus. Dari hasil tes pada siklus satu dan dua dapat ditarik kesimpulan ada tidaknya peningkatan hasil tes yang dilaksanakan. Data yang diperoleh dari hasil ulangan siswa digunakan untuk mengetahui hasil ketuntasan klasikal maupun individual.
3. Angket/ Kuisioner
Angket diberikan setelah proses pembelajaran berakhir pada akhir siklus. Tujuannya untuk mengetahui respon siswa tentang kekurangan, kelebihan atau kendala yang ada serta saran siswa terhadap proses pembelajaran. Contoh angket dapat dilihat dalam lampiran.
F. Tehnik Analisis Data
Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas teknik analisis terhadap data yang telah dikumpulkan sebagai berikut :
1. Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa adalah data kegiatan siswa dalam proses pembelajaran selanjutnya diobservasi dengan mengkaitkannya dalam kategori;
Baik apabila tercatat ≥ 10 tally
Sedang apabila tercatat ≥ 6 tally
Rendah apabila tercatat ≤ 6 tally
Indikator observasi ini meliputi; memperhatikan penjelasan guru, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan guru, mengerjakan soal ke papan tulis, dan menyelesaikan tugas mandiri. (Lebih lanjut dapat dilihat dalam lampiran form pengamatan)
2. Data Hasil Tes Belajar Siswa
Data hasil tes adalah data yang diperoleh oleh peneliti setelah melakukan tes formatif terhadap siswa setelah pembelajaran. Tes belajar siswa dilakukan selama 2 (dua) kali, pada setiap siklus yang dilakukan. Dari hasil tes pada siklus satu dan dua nantinya akan dibandingkan sehingga dapat ditarik kesimpulan ada tidaknya peningkatan hasil tes yang dilaksanakan. Data yang diperoleh dari hasil ulangan siswa digunakan untuk mengetahui hasil ketuntasan klasikal maupun individual. Ketuntasan individiual ditentukan dengan ketentuan:
Adapun rumusan yang digunakan di dalam ketuntasan belajar adalah sebagai berikut :
a). Ketuntasan secara individu
Rumus persentase
Jumlah skor yang diperoleh
Jumlah skor maksimal
b) Ketuntasan secara klasikal
Rumus persentase ketuntasan :
Jumlah siswa yang tuntas
Jumlah seluruh siswa
Ketuntasan belajar individu dinyatakan tuntas apabila tingkat persentase ketuntasan minimal mencapai 65 %, sedangkan untuk tingkat klasikal minimal mencapai 85 % (Depdikbud, 1994, dalam Kustantini:10)
3. Angket/ Kuisioner
Data yang diperoleh melalui angket siswa dianalisis dengan menggunakan jumlah responden yang telah menjawab setiap pertanyaan angket. Kategori jawaban terbagi menjadi 3 (tiga) macam: ya, tidak dan cukup.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam tiga siklus, dimana tiap siklusnya terdiri dari satu tindakan yang diwujudkan dalam satu kali pertemuan pembelajaran yang lamanya 2 x 35 menit. Jadi pada penelitian tindakan kelas ini diadakan proses pembelajaran sebanyak tiga pertemuan.
1. Pelaksanaan Siklus 1
1) Perencanan ( planning )
Kegiatan yang dilakukan pada siklus I adalah :
a. Membuat rencana pembelajaran atau skenario metode variasi, sesuai materi yang diajarkan
b. Membuat instrumen penelitian
c. Membuat silabus
d. Membuat lembar kerja sesuai materi
Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajak siswa bersam-sama mengamati dan mencatat kegiatan norma-norma dan adat istiadat. Guru dan siswa kemudian memperhatikan ilustrasi yang diberikan oleh guru. Siswa kemudian oleh guru diminta menjelaskan kegiatan yang dapat terjadi. Guru membagi siswa dalam 3 (tiga) kelompok. Kemudian guru mempersilahkan siswa untuk menyusun bersama kelompoknya bagaimana simulasi peristiwa tersebut diatas pada nanatinya akan disimulasikan didepan kelas. Setelah simulasi kelas selesai dilakukan, setelah itu guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dicatat dalam siklus 1 adalah sebagai berikut:
- Temuan positif
a) Melalui penggunaan metode inquiry ini siswa terlihat lebih bergairah dalam belajar
b) Dalam berdiskusi dan tanya jawab siswa terlihat mulai aktif, meski peran siswa masih kurang karena hanya beberapa orang saja
c) Motivasi siswa dalam memahami norma-norma dan adat istiadat yang terlihat dengan adanya beberapa siswa bertanya terkait dengan simulasi yang dilakukan oleh siswa-siswa yang lain
- Temuan negatif
a) Sebagian siswa masih ada yang belum bisa menjelaskan kepada teman-temannya dalam menyampaikan pengalamannya
b) Kualitas tanya jawab yang dihasilkan dari hasil diskusi belum maksimal.
B. Pelaksanaan Siklus 2
1) Perencanan ( planning )
Kegiatan yang dilakukan pada siklus II adalah :
a. Membuat rencana pembelajaran atau skenario metode variasi, sesuai materi yang diajarkan
b. Membuat instrumen penelitian
c. Membuat silabus
d. Membuat lembar kerja sesuai materi
Guru mengajak siswa dan menanyakan kepada siswa beberapa tokoh penting yang berperan dalam norma dan adat istiadat. Sesi selanjutnya setelah siswa telah menyelesaikan tugas yang diberikan guru maka guru memulai kegiatan pembelajaran dengan memaparkan permasalahan dan siswa yang ditunjuk secara acak diminta untuk menanggapi permasalahan yang telah diberikan oleh guru
Kemudian guru juga meminta siswa lain untuk memberikan tanggapan atau pendapat yang berbeda sehingga kemudian pada saat siswa telah dianggap kondusif tugas yang telah disiapkan oleh guru. Siswa diharapkan menyelesaikan tugas dengan tepat waktu dan mengerjakannya dengan berbagi tugas bersama rekannya dalam kelompok
Siswa melaporkan hasil kerjanya ke depan kelas dan memulai diskusi bersama-sama, dalam siklus II ini guru mengurangi peran dan intruksinya kepada siswa, hanya mengamati dengan seksama bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukannya dan perubahan aktifitas siswa yang dialaminya. Pada sesi akhir guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran secara bersama-sama
Setelah diskusi kelas selesai dilakukan, setelah itu guru peneliti melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dicatat dalam siklus 2 adalah sebagai berikut:
1. Temuan positif
a) Dalam berdiskusi dan tanya jawab siswa terlihat mulai aktif, meski peran siswa masih kurang karena hanya beberapa orang saja
b) Jumlah siswa yang aktif meningkat hal ini terlihat dengan adanya bertambahnya siswa yang bertanya
2. Temuan negatif
a) Pertanyaan siswa dalam diskusi kelas masih belum terarah, sehingga alur diskusi masih belum berjalan lancer. Dan masih didominasi oleh beberapa siswa yang, nyata-nyata berprestasi
b) Sebagian siswa masih ada yang belum bisa menjelaskan kepada teman-temannya dalam menyampaikan pengalamannya
c) Kualitas tanya jawab yang dihasilkan dari hasil diskusi belum maksimal.
C. Pengamatan tindakan (observing)
Pengamatan dilakukan pada setiap pelaksanaan tindakan dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan instrumen yaitu: (1) pengamatan terhadap kreativitas siswa (2) evaluasi pemahaman siswa; (3) angket untuk mengetahui dampak model pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terhadap kreativitas dan pemahaman siswa. Berikut dipaparkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dari pelaksanaan tindakan pada setiap siklus sebagai berikut:
1. Hasil pengamatan terhadap kreativitas siswa
Pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan 7 (tujuh) indikator yang meliputi keseriusan siswa, inisiatif siswa, partisipasi siwa dalam pembelajaran, kemampuan siswa menyebutkan fakta, kemampuan siswa menjelaskan konsep dengan kata-kata sendiri, berdiskusi, kemampuan siswa memahami perintah guru.
Tabel 4.1
Pengamatan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran
No | Indikator | Hasil Observasi | |||||
Siklus I | Siklus II | ||||||
| | B | C | K | B | C | K |
1. | Keseriusan siswa | Ö | - | - | Ö | - | - |
2. | Inisiatif bertanya | - | - | Ö | Ö | - | - |
3. | Partisipasi siswa dalam pembelajaran | - | Ö | - | Ö | | - |
4. | Kemampuan siswa menyebutkan fakta | - | - | Ö | - | Ö | - |
5. | Kemampuan siswa menjelaskan konsep dengan kata-kata sendiri | - | - | Ö | - | Ö | - |
6. | Berdiskusi | - | - | Ö | Ö | - | - |
7. | Kemampuan siswa memahami perintah guru | - | - | Ö | Ö | - | - |
Sumber : Hasil pengamatan dan data diolah
Keterangan : B = baik C = cukup baik K = kurang baik
2. Hasil tes formatif pemahaman benda dan sifatnya.
Berdasarkan hasil tes yang diberikan kepada siswa dan telah dianalisis berdasrkan indikator pencapaian pemahaman materi benda dan sifatnya maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.2
Hasil Tes Formatif Pemahaman Siswa Terhadap Materi Pembelajaran
No | Indikator | Mampu menjawab | Mengalami kesulitan | ||
| | I | II | I | II |
1. | Mampu mendeskripsikan hubungan antara norma dan adat istiadat | 29 80,5% | 34 (94,4%) | 7 19,5% | 2 (5,6%) |
2. | Mampu membedakan macam-macam norma | 24 67% | 33 (91,6%) | 12 33,4% | 3 (8,4%) |
3. | Mampu menjelaskan kegunaan norma dan adat istiadat | 24 67% | 35 (97,2%) | 12 33,4% | 1 (2,8%) |
4. | Mampu menjelaskan keuntungan dan kerugian adanya norma | 20 56% | 33 (91,6%) | 16 44,5% | 3 (8,4%) |
5 | Mampu mendeskripsikan tujuan penggunaan norma dalam masyarakat | 21 58% | 35 (97,2%) | 15 41,7% | 1 (2,8%) |
| Rata-rata | 65 % | 91,5 | 34,75% | 8,5 % |
| | | | | |
Sumber data: hasil tes formatif siswa dan data diolah
3. Hasil penilaian berdasarkan angket yang diberikan kepada siswa.
Berdasarkan angket yang telah diberikan dan diisi oleh siswa maka diperoleh data respon siswa terhadap pembelajaran sebagai berikut:
Tabel 4. 3
Respon Siswa Terhadap Pembelajaran
No | Pertanyaan | Jawaban Siswa | |
Ya | Tidak | ||
1 | Siswa senang belajar dengan metode pembelajaran yang dilkakukan oleh guru | 34 (94,4%) | 2 (5,6%) |
2 | Siswa merasakan kegunaan pembelajaran yang baru dilakukan dalam kehidupannya. | 33 (88,8%) | 3 (11,2%) |
3 | Siswa memerlukan metode pendekatan inkuiri seperti yang telah dilakukan. | 33 (88,8%) | 3 (11,2%) |
4 | Siswa merasa tertantang dengan langkah-langkah pembelajaran yang baru dilakukan. | 31 (86,1%) | 5 (13,9%) |
5 | Siswa tertarik dengan metode pembelajaran yang dikembangkan guru | 34 (94,4%) | 2 (5,6%) |
Sumber data: hasil angket siswa dan data diolah
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Data yang telah diperoleh dari hasil pengamatan pada Siklus I dan Siklus II diolah dan di analisis dengan hasil sebagai berikut :
- Dari data penilaian tentang kreativitas jelaslah bahwa implementasi pembelajaran berbasis inkuiri pada pokok bahasan benda dan sifatnya memberikan kontribusi yang cukup signifikan (positif) terhadap peningkatan kreativitas siswa. hal ini terlihat dari siklus ke-1 ke siklus ke-2 tampak pada tabel diatas pada siklus ke-1 dari 7 (tujuh) indikator keberhasilan terdapat 1 baik, 1 cukup dan kurang 5, sedangkan pada siklus ke-2 dari 7 (tujuh) indikator keberhasilan terdapat 5 baik, 2 cukup hal ini membuktikan terdapat adanya peningkatan kreativitas siswa dalam pembelajaran siswa.
- Dari data formatif I dan tes formatif II tampak terdapat peningkatan yang signifikan, hal ini tampak pada hasil formatif I rata-rata siswa yang mampu menjawab soal tes 65,25 % dan mengalami kesulitan 34,75 %, sedangkan pada hasil tes formatif II yang mampu menjawab soal tes 91,5% dan yang mengalami kesulitan 8,5%. Maka telah terjadi kenaikan sekitar 26,25% pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa implementasi metode inkuiri dapat dikatak efektif dalam meningkatkan pemahaman pengetahuan siswa terhadap pembelajaran.
- Berdasarkan data hasil angket yang diberikan kepada siswa didapatkan sebagian besar 34 atau (94,4%) siswa menyatakan senang belajar dengan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dan hanya 2 (5,6%) siswa menyatakan tidak senang. Dalam aspek kegunaan pembelajaran yang baru dilakukan dalam kehidupannya sekitar 33 (88,8%) siswa mampu merasakan hal tersebut sedangkan 3 (11,2%) siswa belum dapat. Prosentase tersebut juga berlaku dalam aspek tentang perlu tidaknya metode pembelajran itu digunakan. Padahal sebagian besar siswa merasa tertantang dengan langkah-langkah pembelajaran yang baru dilakukan, hal ini ditunjukkan oleh 31 (86,1%) siswa dan 5 (13,9%) siswa merasa tidak ada tantangan. Bahkan siswa yang secara terbuka merasakan tertarik metode yang dikembangkan guru 34 (94,4%)siswa dan hanya 2 (5,6%) siswa menyatakan tidak tertarik. Maka dengan hasil ini dapat dikatakan bahwa metode inkuiri yang dikembangkan oleh guru (peneliti) secara garis besar dapat diterima oleh siswa.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis kemukakan dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Implementasi berbasis inkuiri dalam materi benda dan sifatnya untuk siswa kelas VII SMPN I Gondangwetan dilakukan dalam 3 (tiga) siklus dengan tanpa hambatan berarti.
2. Implementasikan pembelajaran berbasis inkuiri dalam materi benda dan sifatnya dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas VII SMPN I Gondangwetan. Terbukti terdapat kenaikan persentase tingkat pemahaman dari siklus I sebesar 65,25 % menjadi 91,5% pada siklus II, atau mengalami peningkatan sebesar 26,25%
3. Implementasikan pembelajaran berbasis inkuiri dalam materi benda dan sifatnya dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas VII SMPN I Gondangwetan.
4. Respon siswa terhadap implementasikan pembelajaran berbasis inkuiri dalam materi benda dan sifatnya untuk siswa kelas VII SMPN I Gondangwetan termasuk positif
Saran-Saran
1. Guru dalam pembelajaran ini hendaknya lebih banyak strategi pembelajaran daripada sekedar memberikan informasi.
2. Siswa diberi kesempatan untuk menemukan dan menerapkan ide-idenya, dan guru sebaiknya sebagai fasilitator.
3. Kepala sekolah diharapkan mendukung dan memotivasi guru dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Dahar, Ratna Wilis,1988, Teori-Teori Belajar,Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud, Jakarta.
Degeng, S Nyoman,1989,Taksonomi Variabel ,IKIP Malang, Malang.
Depdikbud, 2002, Pendekatan Kontekstual, Balai Pustaka, Jakarta
Dimyati Dkk,2002, Belajar Dan Pembelajaran, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Haryanto, 2003, Sains Untuk SD Kelas VI, Erlangga, Jakarta
Mulyasa, 2003, Kurikulum Berbasis Kompetensi, PT Rosda Karya, Bandung
Puskur, 2003, KD Sains SD, http://www.puskur.net/inc/sd/PengetahuanAlam.pdf.
Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek, PT. Rineka Cipta.Jakarta.
Undang-undang No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, www.depdiknas.go.id
Wahyudi, 2001, Tingkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Pelajaran, Editorial Pendidikan Dan Kebudayaan Edisi 36, Depdiknas,
ANGKET RESPON SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN
Jawablah pertanyaan berikut dengan jujur dengan memilih salah satu jawaban yang menurut kamu tepat.
1. Apakah Anda senang belajar dengan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru
a. Ya b. Tidak
2. Apakah Anda merasakan kegunaan pembelajaran yang baru dilakukan dalam kehidupanmu sehari-hari
a. Ya b. Tidak
3. Apakah menurut mu metode pendekatan inkuiri diperlukan dalam pembelajaran dikelas seperti yang telah dilakukan.
a. Ya b. Tidak
4. Apakah Anda merasa tertantang dengan langkah-langkah pembelajaran yang baru dilakukan.
a. Ya b. Tidak
5. Apakah Anda tertarik dengan metode pembelajaran yang dikembangkan guru
a. Ya b. Tidak
LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA
Nama Pengamat : ………………………………………………………………………. |
Pokok Bahasan : ……………………………………………………………………….. |
Siklus : ………………………………………………………………………... |
Petunjuk penggunaan lembar pengamatan
1. Pengamatan dilakukan untuk semua aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung
2. Pengamat harus berada pada posisi yang memudahkan dirinya untuk memperhatikan siswa yang diamati
3. Pengamat tidak diperkenankan untuk membantu siswa selama pembelajaran berlangsung
No | Indikator | Frekuensi Aktivitas | |||||||||
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | ||
1. | Keseriusan siswa | | | | | | | | | | |
2. | Inisiatif bertanya | | | | | | | | | | |
3. | Partisipasi siswa dalam pembelajaran | | | | | | | | | | |
4. | Kemampuan siswa menyebutkan fakta | | | | | | | | | | |
5. | Kemampuan siswa menjelaskan konsep dengan kata-kata sendiri | | | | | | | | | | |
6. | Berdiskusi | | | | | | | | | | |
7. | Kemampuan siswa memahami perintah guru | | | | | | | | | | |
| | | | | | | | | | | |
…………………., ………….
Pengamat
(----------------------------------)
Sumber :Bahan Pelatihan,Koleksi Ninik ,SW.Instruktur LPMP Jawa Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar